Berikan aku satu jari untuk kugenggam, dan akan kuajarkan bagaimana ke medan perang tanpa senjata. Tak ada lagi rasa takut dan gelisah. Terlalu tinggi kah harapan yang kubangun? Ataukah semua itu hanya tipu muslihat dalam sebuah sandiwara? Atau hanya
sebuah nafas yang ditiupkan saat keletihan mencapai kejayaannya? Seperti
pasungan untuk terus bermimpi saat matahari mulai membakar diri. Aku hanya ingin satu jari, sebab nafas ini telah kembang kempis dan tubuh ini mulai limbung. Aku sudah jengah menunggu. Lalu kepada siapa retakan kaca ini akan kubagi? Jika pintu tiada lekas ditemui? Sementara senja tinggal sepenggalah. Dan bekal airnya tinggal setengah. Aku sudah jengah.
Depok, 02/03/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar