Denganmu,
aku ingin memakau sebutan ‘saya-kamu’. Bukan ‘aku-kamu’ atau ‘saya-anda’.
Apalagi ‘gue-elo’. Kenapa? Tidak romantic?
Kaku? Tidak dekat? Tunggu dulu. Kamu belum memahami.
‘Saya-Kamu’
adalah sebuah kata magis, symbol dari segala dualitas perasaan yang tak
terdefinisikan. Bukankah cinta sendiri adalah dualitas? Keindahan dan
ketakutan. Kenyamanan dan kekhawatiran. Pleasure dan Displeasure. Maka saya
mendambakan ini, ‘saya-kamu’ sebagai sebuah symbol keakraban sekaligus jarak
yang tetap terjaga. Sebuah kenyamanan yang tidak larut. Sebuah Pleasure yang
aman dan tidak menyesatkan.
Aku
senang denganmu, namun aku tidak akan mati tanpamu.
‘saya’,
adalah suatu keterasingan. Ingat kan, ketika kita pertama kali bertemu, di
sebuah seminar yang sama-sama membosankan bagi kita. Kamu menggunakan kata ‘saya’
untuk dirimu, dan ‘anda’ untuk saya. Itu adalah sebuah symbol bahwa saat itu
kita adalah dua pribadi asing yang tidak mengenal satu sama lain. Kehidupan
kita berada di frame yang berbeda, dan kebetulan saja saling bersinggungan
akibat semacam aturan ‘kpk dan fpb’.
Sedangkan
‘kamu’, adalah sebuah frase yang terjadi ketika kita sudah saling mengenal.
Sudah saling dekat. Kini frame hidup kita tidak lagi berbeda, walau tidak juga
menjadi sama. Frame hidup kita berbeda, namun saling berinteraksi. ‘Kamu’
adalah kedekatan dan kenyamanan.
Namun
dengan adanya ‘saya’, kedekatan kita tidak melebur. ‘saya’ menjadi semacam control
terhadap hubungan ‘aku-kamu’, yang kunilai sebagai hubungan yang terlalu dekat.
Terlalu ketat. Terlalu mengekang dan membuat sesak. ‘saya’ mengingatkan kita
bahwa pada dasarnya semua manusia adalah asing. Tidak peduli seberapa dekat
mereka dengan manusa lain, tetap saja asing itu adalah faktisitas yang tidak
terelakkan. Terlebih lagi, saya menganggap, bahwa lagu-lagu picisan tentang
cinta yang menyatukan dua rasio, atau mengecilkan jumlah dua menjadi satu,
menjadi KITA dalam sebuah cinta, adalah omong kosong belaka. Selamanya kita
adalah DUA. Tidak pernah menjadi SATU.
Mungkin dengan mereka –mereka, aku bisa saja dengan mudah menyatukan
keDUAan kami dengan sebuah KITA yang SATU yang dipicu oleh suatu kepentingan. Namun saya, denganmu, ingin KITA tetap ada DUA. Walaupun itu tidak berarti bahwa kita
tidak bisa berjalan beriringan.
'aku-kamu' saya, tidak sesakral 'saya-kamu', dengan kamu pahami atau tidak.
Karena
bagaimanapun. Saya menginginkamu, begitu menginginkanmu, pada suatu jarak.
Jarak yang memiliki banyak nama, salah satunya adalah ‘CINTA’.