Sabtu, September 24, 2011

Panggilan (Tak) Berujung

aku memanggilmu, dengan segenap nafas yang kumiliki, dengan seluruh sisa suara yang nyaris tak terdengar, dengan sepenuh-penuhnya harapan. 
tapi kau tak datang.

aku memanggilmu, dengan berbagai bahasa puisi dan lagu, dengan seluruh rangkaian dialog panjang dalam prosa, dalam setiap nada-nada piano yang gundah. 
namun tak juga kulihat kau datang.

aku memanggilmu, dengan teriakan dalam hingar bingar, dengan bisikan dalam keheningan, dengan mimpi dalam ketidaksadaran. 
kau masih belum datang


aku memanggilmu, lewat pesan yang kutitipkan pada ombak, pada angin, pada hujan, pada setiap do’a yang kupanjatkan. 
tak pernah sampaikah pesanku padamu?


Tapi aku masih memanggilmu. Dengan segenap segalanya. Aku masih menunggumu, dengan segenap cerita yang tertahan di mulutku. Tentang matahari, tentang awan kelabu, dan tentang senja yang menunggu kita lewati bersama.


Adakah pernah kau melakukan hal yang sama? ataukah kebodohan ini hanya milikku semata?

Pernahkah kau bertanya-tanya kenapa senja tak memberikan warna yang serupa pada kita? Ataukah kegundahan itu hanya milikku semata?
Pernahkah kau bertanya-tanya pada angin tentang salam yang kau sisipkan dalam helai sayapnya? Ataukah keputus asaan itu hanya milikku semata?

Pernahkah kau ingin melihatku, menjadi salah satu dari orang-orang yang ada di sekitarmu? Ataukah kerinduang itu hanya milikku semata?


Ini mungkin akan menjadi penantian panjang. Mungkin juga sebuah penantian tak berujung. Namun salah satu dari kita harus ada yang melakukannya, bukan?




dengarlah…
aku memanggilmu,
masih memanggilmu
entah kapan kau akan mendengarnya 




Depok, 24 September '11
#nowplaying: Right here waiting by Richard Mark