Minggu, September 30, 2012

Permainan




Ada yang hilang fajar itu.
Saat kau membisikan puisi tanpa rima
Dan seluruh kota masih terlelap
Kau bilang ini hanyalah permainan
Aku paham bagian itu, bukankah hidup memang permainan?
Yang bisa saja kau tinggalkan jika kau telah bosan?


Aku masih ingat layang-layang yang kita mainkan ketika kecil
Sengaja kau terbangkan tinggi menantang angin
Lalu kau gulung benang ketika kau bosan
Layang-layang jatuh
Terpuruk
Lalu tersangkut pada atap mushola
Tak bisa turun

Aku juga masih ingat petak umpet yang sering kita mainkan
Kau datang seperti api
Mengendap-endap
Lalu menepuk  tugu batu yang kujaga habis-habisan
Kau menang, aku larut dalam permainan
Kali lain masih aku yang berjaga
Kau bersembunyi
Entah dimana
Dan tak kembali hingga senja merona dan bumi memanggilku

Kulihat kau terbang pagi ini
Ketika fajar mulai berlalu dan seisi kota mulai terbangun
Aku bisa saja memanggilmu
Menuangkan teh dalam gelas
Dan memintamu untuk tetap tinggal.

Tapi kau bilang semua ini permainan
Maka seluruh panggilanku adalah permainan

Aku bisa saja menahanmu
Menggandeng tanganmu dengan keseluruhan kuasaku
Tapi bukankah semua hanya permainan?
Maka seluruh kuasaku adalah permainan

Kau pergi
       Aku tinggal
               Kita berpisah jalan
                       Pagi itu, hari itu, Rasa itu

Karena kau bilang ini hanyalah permainan



Sebuah permainan di akhir September

Sabtu, September 15, 2012

........................

Pernahkah kau merasa ada bagian dari memorimu dicabut begitu saja tanpa peringatan?
Bagaimana jika apa yang kau pikirkan seharian, atau bahkan seumur hidupmu, menghilang begitu saja dalam satu kedipan mata?
Bagaimana jika untuk mendapatkan ingatan itu kembali, kau harus mengulang rutinitasmu sebelumnya, meneliti satu-demi satu seperti mencari uang yang jatuh dalam perjalanan dari pasar?

Aku pernah merasakannya.

Entah proses kimia apa yang sedang terjadi dalam diriku, namun aku merasa seperti ada penghapus temporal dalam kepalaku. Iseng, aku menyebutnya dengan short memory syndrom. Ide, gagasan, dan cerita dalam pikiranku datang dan pergi sesuka hati. Terkadang datang begitu saja dengan wajah manis dan senyum ramah. Namun sebelum aku menyapanya dengan menyguhkan minuman, dia telah pergi. Tanpa pamit. Apa yang ingin kukatakan padamu, menggebu-gebu, hingga aku rela berlari untuk menemuimu, bisa menghilang begitu saja begitu aku tiba di hadapanmu. Tampangku seperti orang tolol. Dengan alis terangkat dan bibir tertekuk ke dalam, dan mata juling ke salah satu arah. Sebenarnya, saat itu aku sedang berusaha mengingat-ingat ide brilian apa yang hendak kusampaikan. Tapi maaf, dia sudah pergi dan akan kembali di suatu pertiga malam yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Dan aku telah terlalu malas untuk kembali menemuimu, dan hanya untuk kembali memasang wajah bodoh.

Ini memang curhat, aku tidak menyangkal. Aku hanya...tidak tahan untuk tidak mengungkapkannya. Kau akan tahu rasanya jika kau jadi aku. Berkali-kali menjadi orang tolol, atau dianggap tolol, hanya karena permasalahan di kepalaku.

Lain kali, jika aku bertingkah tolol lagi, pasti kau akan lebih mengerti.


Selasa, September 11, 2012

yang-tak-pernah-kau-sadari


Namaku mimpi.
Mungkin kamu pernah mendengarku diantara celoteh remaja-remaja tanggung yang duduk bersama di salah satu sudut café. Mungkin kamu juga pernah mendengarku dari mulut para pengemis yang duduk di pinggir jalan dengan kaki pincang dibuat-buat. Tak jarang pula para gerombolan eksekutif muda yang baru pulang kantor juga memperbincangkanku. Terkadang dalam percakapannya yang tak kalian mengerti, lebah-lebah dan madu, kumbang sari dan putik, kucing dan tikus, kopi dan teh, mereka semua mengenalku. Aku benar-benar terkenal, tanpa tahu mengapa mereka semua mengenalku.
Namaku mimpi.
Aku bisa menjadi teman baikmu, yang membuatmu berbunga-bunga hingga rasa luka dunia tak lagi ada. Namun aku bisa pula menjadi musuhmu, yang membuatmu terkadang berpikir dunia tak layak ditempati. Aku bisa menjadi sebuah sarang keindahan dimana tembok-tembok perkasa melindungi apapun di dalamnya dari segalaa kesengsaraan. Namun aku bisa juga menjadi bom nuklir yang menghacurkan segala yang kau lihat dan kau rasakan, membuatmu sesenggukan di sepertiga malam yang gelam, yang tak kau sadari.
Namaku mimpi.
Terkadang kau begitu membutuhkanku sebagai tempat pelarianmu, bukan? Aku bisa menjadi tempat persembunyian yang terbaik daripada benteng-benteng kokoh yang dibangun oleh bangsa penjajah. Aku bisa menyelamatkanmu dari apapun yang kau takuti dan menggantikannya dengan segala yang kau inginkan yang bahkan tak pernah kau sadari bahwa kau menginginkannya. Aku bisa menjadi begitu pahlawan bagimu. Tapi jangan lupa diri.
Namaku mimpi.
Aku bisa menjadi begitu buruk bagimu. Menceritakan ketakutan-ketakutan terdalammu, yang bahkan tak pernah berani kau pikirkan. Aku bisa membeberkan segala aibmu dalam sebuah potongan film yang kadang pendek dan kadang terlalu panjang, yang membuatmu menyesal telah mengenalku. Aku bisa memberikan gambaran dari hal-hal mengerikan yang tidak pernah ingin kau temui. Aku bisa menjadi begitu monster bagimu. Tapi jangan lupa diri.
Namaku mimpi.
Aku terkadang tahu balas budi. Aku bisa membuatmu menjadi apapun yang kau inginkan, asal kau memeliharaku dengan baik. Namun aku juga bisa menjatuhkamu hingga dasar yang paling dasar jika kau hanya setengah-setengah memperhatikanku. Itupun tidak selalu. Ketika kau meneken kontrak denganku, kau harus siap dengan apapun yang akan kutunjukkan. Kau tidak bisa mendikteku untuk begini atau begitu. Semuanya tergantung mood penciptamu. Namun keberadaanku, akan membuatmu menjadi begitu kuat, ataupun lemah selemah-lemahnya. Berhati-hatilah terhadapku.
Namaku mimpi.
Aku bisa membuatmu menjadi manusia. Namun aku juga bisa membuatmu menjadi semangkuk kolak pisang. Jangan kaget, bisa jadi aku malah membuatmu menjadi buku tulis. Aku bisa membuatmu menjadi apa saja, tanpa pernah kau sadari.
Namaku mimpi.
Orang bilang aku adalah awal dari kehidupan. Jangan salah, aku juga bisa menjadi akhir kehidupan.
Namaku mimpi.
Aku tidak berbekas. Tidak bertanda. Tidak berciri. Tidak mampu kau sadari.
Namaku mimpi.
Kadang kau mengira telah terbebas dariku, padahal kau sedang hidup di alamku. Kadang juga kau merasa sedang bersamaku, padahal aku sedang absen darimu.
Namaku mimpi.
Kau tidak pernah bisa menebak kapan akan bertemu denganku. Kau tidak akan bisa menebak bagaimana suasana hatiku hingga apa yang akan kutampilkan padamu, apakah kebaikan ataukah keburukan. Kau juga tidak akan bisa membedakan keberadaanku dan ketiadaanku.
Namaku mimpi.
Bisa jadi aku akan mendatangimu malam ini.
Namaku mimpi.
Saat kau membaca tulisan ini, bisa jadi aku sedang mendatangimu.

Senin, September 10, 2012

Antitesis


Tesis
            Antitesis
                                    Sintesis
Tesis
            Antitesis
                                    Sintesis

Aku
            Kamu
                        Aku
                                    Kamu

 Kita
?

Aku, meniadakanmu.
Kamu meniadakanku.

Sintesis: Rindu mengamuk tak tahu yang dituju.

Sabtu, September 08, 2012

Manusia Kolak Pisang

Halo, para pengrajin kayu dan pemecah batu dan penjahit benang dan pembuat puisi dan penghitung dosa. Apa kabar dunia hari ini? Percayakah, bila tadi siang kita bersimpangan di pintu masuk kedai kopi? Seharusnya kita menyapa, sebagai yang harus ditampilkan warga dunia seperti kita. Ada, sebuah acara yang namanya 'ramah tamah'. Apa fungsinya? Aku tidak tahu. Apakah dunia sudah tidak ramah lagi sekarang, sampai dibuat suatu acara-sengaja yang bernama ramah tamah? Dulu kupikir ramah tamah adalah sebuah perbuatan-tak-sengaja-yang-tahu-tahu-terjadi. Mungkin sekarang telah mengalami pegeseran makna. 

Lalu ada juga panggung-panggung komedi semi drama tragis yang sengaja diputar di jam-jam tertentu untuk menemani para pengikut Marx istirahat. Mungkin dunia ini memang sudah begitu dingin ya, hingga drama komedi tragis itu bermunculan seperti jamur panu yang tak segera mendapat obat. Sama sepertimu, aku telah lama tak menyimak dunia. 

Pernahkah kamu bepikir untuk berhenti berpikir? (bisa kan, kau pahami kalimatku? maaf, aku tak pandai merangkai kata-kata)

Biar kuceritakan sesuatu. Di sebuah belahan bumi bagian timur, sedikit serong ke selatan, ada semangkuk kolak pisang yang sedang bermimpi menjadi manusia. Iya, manusia berkaki dua dan berpikir dengan otak. 
Tapi mungkin juga dia bukan kolak pisang. Mungkin saja dia serangga yang sedang bermimpi menjadi 'kolak pisang yang bermimpi menjadi manusia'. Apapunlah. Tak penting juga. 
Si manusia kolak pisang ini sepertinya punya kelaian di otaknya yang tidak pernah berhenti berpikir. Otak kecilnya yang jauh sedikit lebih besar volumenya daripada simpanse itu terus berputar, memikirkan hal-hal remeh temeh menjadikannya hal besar yang terkadang layak diperbincangkan. Si manusia kolak pisang bukannya tidak tahu bahwa yang dia pikirkan adalah hal sepele. Masalahnya, dia tidak bisa berhenti berpikir, itu saja. 
Si manusia kolak pisang selalu mendebatkan hal-hal tidak penting yang membuat orang gerah, lalu memikirkannya dalam-dalam, lalu ketakutan sendiri dengan pemikirannya. Manusia kolak pisang ini bahkan tidak tahu apa itu berpikir. Ketika dia berpikir, entah itu yang bermain hatinya atau otaknya atau apanya. Dimana letak kesadarannya pun, dia tidak paham. Itu yang membuatnya berpikir dirinya adalah manusia. 

Malam ini, si manusia kolak pisang sedang mengkhayal duduk di depan sebuah layar yang memancarkan cahaya, ditemani secangkir berisi cairan lobulus frontalus yang berwarna kecokelatan dengan sedikit buih dan asap tipis yang mengepul ramah. Manusia asli biasanya menyebut cairan itu sebagai kopi. Namun si manusia kolak pisang kan tidak tahu apa-apa. Jadi dia menyebut apapun sesuka hatinya. 

Bersama cairan Lobulus Frontalus dan tembang-tembang lawas yang tidak pernah lagi diputar di radio, manusia kolak pisang menulis sesuatu di layar ajaibnya...

....jika aku berhenti berpikir, aku akan menemukan apa?


Apa dia akan menjadi budha yang berhasil mencapai nirvana, yang artinya meninggalkan segala hasrat keduniawian?
Apa dia akan menjadi kaum epicureanisme dan stoa yang mencapai kebahagiaan karena tidak lagi menginginkan apa-apa?
Apa dia akan menjadi orang gila yang tak lagi risau tentang siapa yang memimpin negara?
Apa dia akan menjadi Kurt Cobain?
Apa dia akan menjadi siapapun selain dirinya?




Dor. 

Manusia kolak pisang tersenyum kecil. 

...sudahlah, malam ini aku tak ingin berpikir.





...tapi bisakah aku tak berpikir?


Ini bukan perkara mudah. Di dunia yang perlu ramah tamah dan komedi drama tragis, seharusnya siapapun bisa menjadi manusia kolak pisang.

Selasa, September 04, 2012

Jangan

Dari blog Vega Zayu Farima


Aku menyukai diskusi-diskusi hening yang lugas dan harmoni.
Tak usah merayu, nanti aku malu.

Aku menyukai percakapan hangat dengan pertanyaan tentang kabar burung-burung.
Tak usah merayu, nanti aku tak rindu.

Aku menyukai obrolan ala kadarnya yang tak mengandung sajak atau naskah drama.
Tak usah merayu, nanti aku ragu.

Aku menyukai diskusi-diskusi hening yang berbagi suara dengan alam.
Jangan terlalu berisik, nanti aku bosan.

Aku menyukai percakapan hangat di senja hari dengan kopi hangat di pangkuan.
Jangan terlalu berisik, nanti aku lelah.

Aku menyukai obrolan ala kadarnya yang memicu keterikatan tak bertanda dan bernama namun ada.
Jangan terlalu berisik, nanti aku jengah

 Aku menyukaimu, begitu saja.
Tak usah kita perbincangkan. 


Depok, 04/09/12